Selamat Datang ^^

Lystia Adriani | 12108203 | sistem informasi | Universitas Gunadarma | Mahasiswa Tingkat akhir | Cewek kelahiran Manado | Suka Punya banyak teman, gak suka ada musuh |

Rabu, 06 Januari 2010

ASAL-USUL DAN KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN Part III

Transformasi-Transformasi Manusia Sepanjang Berabad-Abad
------------------------------------------------------------
(3/5)

Bertentangan dengan di atas, komentar yang diberikan
terhadap beberapa ayat Al-Quran, yang akan saya kutip di
bawah ini, terutama mengandung pengertian-pengertian
material. Kita di sini berada di dalam lingkungan
transformasi-transformasi morfologis tulen yang terjadi
dalam cara yang selaras dan seimbang berkat adanya suatu
organisasi yang amat terencana, mengingat fenomena-fenomena
tersebut terjadi dalam tahap-tahap yang berturutan. Dengan
demikian, kehendak Tuhan yang terus-menerus memimpin nasib
masyarakat manusia, ditampakkan dalam keseluruhan kekuatan
dan keagungan-Nya melalui peristiwa-peristiwa ini.

Al-Quran, pertama kali, berbicara tentang suatu
'penciptaan', tetapi ia meneruskan dengan menguraikan suatu
tahap kedua, yang di dalamnya Tuhan memberikan bentuk kepada
manusia. Tak syak lagi, penciptaan dan organisasi morfologis
manusia dilihat sebagai peristiwa-peristiwa yang berturutan.

Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 13):

[Tulisan Arab]

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami
memberimu bentuk, kemudian Kami katakan kepada para
Malaikat: 'Bersujudlah kamu kepada Adam'." (QS 7:11)

Karenanya, adalah mungkin untuk membedakan tiga peristiwa
berturutan yang dua di antaranya penting bagi studi kita:
Tuhan menciptakan manusia dan kemudian memberinya suatu
bentuk (Shawwara dalam bahasa Arab).

Di bagian-bagian lain dinyatakan bahwa bentuk manusia akan
bersifat selaras (perujukan nomor 14):

[Tulisan Arab]

"Ketika Tuhan mereka berfirman kepada para malaikat: Aku
hendak membentuk seorang manusia dari lempung, dari lumpur
yang diacu; bila Aku telah membentuknya secara selaras dan
meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka sujudlah kepadanya." (QS
16 :28-29)

Ungkapan 'membentuk dengan selaras' (sawwai) diulangi dalam
surah 38 ayat 72.

Ayat lain menguraikan bagaimana bentuk selaras manusia
didapat melalui adanya keseimbangan dan kompleksitas
struktur. Kata kerja rakkaba dalam bahasa Arab berarti
'membuat sesuatu dari komponen-komponen' (perujukan nomor
16):

[Tulisan Arab]

"(Tuhanlah) yang telah menciptakan kamu lalu membentukmu
secara selaras dan dalam proporsi yang tepat, dalam bentuk
apa saja yang Dia kehendaki, Dia membuatmu dari
komponen-komponen." (QS 82 :73)

Manusia diciptakan dalam bentuk apa pun yang Tuhan
kehendaki. Ini adalah suatu hal yang amat penting.

Tuhan berbicara kepada manusia (perujukan nomor 16):

[Tulisan Arab]

"Sesungguhnya Kami telah membentuk manusia menurut rencana
organisasional yang sebaik-baiknya." (QS 95 :4)

Kata bahasa Arab taqwim berarti 'mengorganisasikan sesuatu
dengan cara terencana' yang, oleh karena itu, berarti suatu
susunan kemajuan yang telah lebih dahulu didefinisikan
secara cermat. Kebetulan sekali para spesialis evolusi,
ketika menguraikan transformasi-transformasi yang terjadi
sepanjang waktu, menggunakan ungkapan itu pula: perencanaan
organisasional itu sudah benar-benar terbukti dari
studi-studi saintifik mengenai masalah ini.

Konteks surah 95, yang darinya ayat di atas diambil, adalah
penciptaan manusia secara umum dengan merujuk kepada
kenyataan bahwa begitu manusia telah diberi bentuk yang
sedemikian terorganisasikan oleh kehendak Tuhan, ia terbenam
ke dalam kondisi yang amat buruk (yang berarti jompo dalam
usia tua). Surah tersebut sama sekali tidak menyebut-nyebut
perkembangan embrionik melainkan hanya menguraikan
penciptaan makhluk manusia secara umum. Dalam kerangka
struktur, perencanaan organisasional tersebut jelas merujuk
kepada spesies manusia sebagai suatu keseluruhan.

Penafsiran yang telah saya berikan atas ayat ini
mencerminkan pentingnya konteks sebagai sarana untuk
menyampaikan apa yang dirujuk oleh suatu kata tertentu
(perujukan nomor 17):

[Tulisan Arab]

"Dia sesungguhnya telah membentukmu dalam tahap-tahap
(tingkat-tingkat)." (QS 71:14)

Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai
'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat', adalah athwar (kata
tunggalnya thaur). Inilah satu-satunya ayat di dalam
Al-Quran yang di dalamnya kata tersebut muncul dalam bentuk
majemuknya. Tidak mungkinlah untuk mencari-cari di tempat
lain di dalam teks tersebut kepastian mengenai apakah
'tahap-tahap' atau 'tingkat-tingkat' itu -yang jelas merujuk
kepada manusia- berkenaan dengan perkembangan manusia di
dalam rahim (yakni, seperti yang diduga oleh para pengulas
terdahulu dan yang juga merupakan anggapan saya sendiri di
dalam buku saya terdahulu), ataukah kesemuanya itu menunjuk
kepada transformasi-transformasi yang dialami oleh spesies
manusia di sepanjang waktu. Ini adalah satu masalah yang
patut direnungkan.

Untuk memperoleh jawabannya, sudah pasti pertama sekali kita
mesti membahas tema tersebut sebagaimana diuraikan di dalam
Al-Quran. Demikianlah kita melihat bahwa surah 7l, yang
darinya ayat di atas kita ambil, terutama berhubungan dengan
tanda-tanda ke-Mahakuasaan dan Kekuasaan Tuhan sebagai
Pencipta secara umum. Bagian di dalam Al-Quran yang mencakup
ayat 14 (satu bagian yang merujuk pada khutbah Nuh kepada
kaumnya) secara esensial tertanam di dalam rahmat Tuhan,
kerahiman-Nya di dalam memberi manusia karunia-karunia-Nya
dan ke-Mahakuasaan-Nya di dalam menciptakan manusia, langit,
matahari, bulan, dan bumi. Berkenaan dengan masalah
penciptaan, Al-Quran menyebut aspek spiritual penciptaan
manusia dari tanah (perujukan nomor 1 di dalam ayat-ayat
yang dikutip di atas).

Sama sekali tak ada penunjukan, di dalam surah 71, kepada
perkembangan bayi yang belum lahir, suatu persoalan yang
oleh para pengulas terdahulu diduga sebagai ditunjukkan oleh
kata 'tahap-tahap.' Meskipun kata tersebut tidak
dipergunakan di tempat lain dalam teks tersebut, namun
Al-Quran tak syak lagi menunjuk secara terinci pada banyak
surat lain berkenaan dengan 'tahap-tahap' perkembangan
embrionik ini (lihat bab selanjutnya). Meskipun demikian,
tak ada perujukan di dalam surah ini. Meskipun demikian,
kita tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa bagian dari
Al-Quran yang kita perbincangkan di sini boleh jadi
benar-benar menambahkan perkembangan ber-'tahap' embrio di
dalam rahim kepada topik-topik lain yang disebutkan di atas:
tak ada satu isyarat pun yang menunjukkan bahwa hal tersebut
boleh diabaikan.

Kenyataannya, perkembangan individu dan spesies-spesies yang
memilikinya, berkesesuaian dengan faktor-faktor penentu itu
juga sepanjang waktu; faktor-faktor tersebut merupakan
gen-gen yang memainkan peran yang amat menentukan di dalam
pengelompokan warisan keayahan atau keibuan di dalam
tingkatan mula reproduksi. Apakah kita memilih menghubungkan
fase-fase ini dengan perkembangan individual atau
spesies-spesies itu, konsep yang diungkapkan tetap
sepenuhnya selaras dengan data saintifik modern mengenai
masalah ini.

Kemudian ayat-ayat yang mendahului perujukan nomor 17 secara
memadai menyatakan dengan jelas bahwa bentuk manusia
mengalami transformasi-transformasi sedemikian sehingga
sekalipun jika kita menghilangkan perujukan nomor 17 makna
umumnya tidak akan terpengaruh.

Dua ayat berikut ini menunjuk pada penggantian suatu
masyarakat manusia oleh masyarakat manusia lainnya
(perujukan nomor 18)

[Tulisan Arab]

"Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan mereka, dan
apabila Kami kehendaki, maka Kami mengganti mereka
sepenuhnya dengan orang-orang yang serupa dengan mereka."
(QS 76:28)

Amatlah mungkin bahwa 'penguatan' yang disebutkan di dalam
ayat di atas menunjuk kepada susunan fisik manusia.
(perujukan nomor 19):

[Tulisan Arab]

"Jika (Dia) menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan
menggantimu dengan yang dikehendaki-Nya setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari
keturunan orang-orang lain." (QS 6:133)

Kedua ayat di atas menekankan kesirnaan
masyarakat-masyarakat manusia tertentu dan penggantiannya
oleh masyarakat-masyarakat lainnya, sesuai dengan kehendak
Tuhan, sepanjang waktu tertentu.

Para pengulas terdahulu, terlebih-lebih, memandang ayat-ayat
ini sebagai hukuman yang ditimpakan oleh Tuhan atas
masyarakat-masyarakat yang penuh dosa. Secara umum, aspek
religiuslah yang terutama ditekankan. Meskipun demikian, di
sana pun ada fakta material dan hal ini jelas diungkapkan
dalam bentuk sirnanya berbagai masyarakat (yang ukurannya
tidak disebutkan) dan penggantian pada kurun waktu tertentu
dari suatu masyarakat-masyarakat tertentu oleh
keturunan-keturunan bangsa-bangsa launnya.

Oleh karena itu, kesimpulannya ialah bahwa kelompok-kelompok
manusia yang telah maujud sepanjang waktu kiranya mempunyai
morfologi yang beragam, tetapi modifikasi-modifikasi ini
telah berlangsung sesuai dengan rencana organisasional yang
ditetapkan oleh Tuhan; masyarakat musnah dan digantikan oleh
kelompok-kelompok lainnya: inilah yang dengan berbagai
ungkapan harus disampaikan oleh Al-Quran kepada kita. Adalah
sia-sia untuk mencari kesenjangan-kesenjangan di antara
Al-Quran dan data palentologi atau dengan informasi yang
memungkinkan kita untuk membayangkan adanya suatu evolusi
kreatif, karena tidak ada hal demikian.


media.isnet.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar